Nadiem Makarim: Wirausaha sebagai Kontrol Takdir Sendiri

Tren transportasi online kini telah memberikan dampak positif bagi kehidupan, dan dampak positif tersebut antara lain; seseorang jika ingin beraktivitas diluar rumah atau mengirimkan suatu barang cukup melakukannya dengan aplikasi online tanpa harus keluar dari lokasi untuk mencari ojek, dampak positif lainnya yaitu terbuka lapangan kerja serta bertambah penghasilan sebagian masyarakat.
Di Indonesia, jasa transportasi berbasis online sudah berdiri tahun 2010 dan menjadi salah satu pelopor jasa transportasi online dalam negeri, namanya adalah Go-Jek. Go-Jek merupakan hasil ide cemerlang seorang muda anak bangsa dan orang itu adalah Nadiem Makarim.
Lahir di Singapura 4 Juli 1984 silam, Nadiem Makarim adalah keturunan Indonesia asli. Anak dari seorang praktisi hukum ternama sekaligus penulis buku, Nono Anwar Makarim berasal dari Pekalongan, Jawa Tengah dan ibunya, Atika Algadrie berasal dari Pasuruan, Jawa Timur. Ibu Nadiem adalah putri dari seorang perintis kemerdekaan Indonesia, yaitu Hamid Algadri.
Tahun 2002 Nadiem kuliah di Brown University, Amerika Serikat mengambil jurusan International Relations dan meraih gelar sarjana tahun 2016. Tiga tahun setelah itu ia melanjutkan ke jenjang pasca-sarjana di Harvard Business School dan meraih gelar Master of Business Administration.
Nadiem Makarim pernah bekerja selama 3 tahun di perusahaan konsultan ternama Mckinsey & Company, kemudian ia menjadi Co-founder dan Managing Editor di Zalora Indonesia. Keluar dari Zalora, Nadiem menjadi Chief Innovation Officer Kartuku. Hingga pada tahun 2011 ia memutuskan untuk berhenti sebagai pekerja. Dia berkeinginan untuk bekerja sendiri sebagai wirausaha.
Alasan Nadiem lebih dikarenakan rasa tidak betah bekerja di perusahaan milik orang lain. “Saya tidak betah kerja di perusahaan orang lain. Saya ingin mengontrol takdir saya sendiri,” kilah Nadiem.
Idenya mendirikan Go-Jek berawal dari obrolannya dengan tukang ojek langganannya. Dari dulu Nadiem memang lebih senang naik ojek ketimbang menggunakan mobil pribadi untuk pergi beraktivitas keluar rumah.
Dari hasil obrolannya dengan tukang ojek langganannya serta survei yang dilakukannya, ia menyimpulkan bahwa ada yang kurang efektif terkait kinerja tukang ojek konvensional. Dimana pelaku ojek itu lebih memilih hanya menunggu pelanggan daripada mencarinya alias ‘jemput bola’. Padahal yang dibutuhkan para pelanggan ojek adalah reaksi cepat dari para tukang ojek. Dan inilah yang membuatnya berpikiran untuk menciptakan layanan transportasi yang lebih optimal.
Aplikasi transportasi online Go-Jek ini sangat mudah digunakan melalui smartphone baik berbasis android maupun iOS dan dapat diunduh dari Google Play untuk android dan App-Store untuk iOS.
Saat ini Go-Jek telah membentang sayap di kota-kota besar di Indonesia, antara lain di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi), Bali, Bandung, Surabaya, Makassar, Sumatera Utara (Medan dan Pematangsiantar), Palembang, Semarang, Yogyakarta, dan Balikpapan.
Sumber: Wikipedia